Senin, 19 Desember 2011

Dampak dan pengaruh bioteknologi



Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, jamur, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.

PASCA 30 TAHUN PERKEMBANGAN BIOTEK
Cukup sudah kerusakan yang ditimbulkan rekayasa genetik
Semua mimpi akan berubah menakutkan. Namun jika publik dan pengambil kebijakan diberitahu tentang masalah dan bahaya yang sebenarnya, semua akan menjadi lebih baik. Tetapi dalam pertemuan ilmiah rekayasa genetik (transgenik), sungguh tidak dapat dipahami, apa yang sebenarnya terjadi di balik ilmu rekayasa genetik. Tidak hanya buruk, tetapi juga memodifikasi masalah untuk menyesatkan publik dan pengambil kebijakan sehingga berpihak pada kepentingan perusahaan bioteknologi.
Rekayasa genetik tanaman dan hewan mulai berkembang pertengahan 1970-an di bawah bayang-bayang kepercayaan bahwa genom (keseluruhan materi genetik spesies) teratur dan tetap serta merupakan karakteristik organisme sebagai komponen yang lengkap di dalam gennya. Tetapi ilmuwan genetik mendapat temuan mengejutkan, ternyata genom bersifat dinamis dan berubah-ubah, bahwa ekspresi dan struktur gen berubah terus-menerus menurut pengaruh lingkungan.
Pada tahun 1999, Dr. Mae Wan Ho mendirikan Institute of Science in Society (ISIS) yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan, masyarakat, dan keberlanjutan serta berusaha menyampaikan ilmu pengetahuan untuk kebaikan publik. Pada tahun 2003, sejumlah ilmuwan di seluruh dunia bergabung dengan membentuk Independent Science Panel dan menghasilkan laporan The Case for A GM-Free Sustainable World, tentang tantangan, masalah dan bahaya tanaman rekayasa genetik setara dengan kesuksesan dan manfaat pertanian berkelanjutan non-rekayasa genetik.
"Sekarang kami telah mengup-dated laporan ISP dengan dokumen berisi lebih dari 160 artikel lengkap dari Science in Society, tentang bahaya pengabaian, kecurangan ilmiah, penggelapan pengaturan, dan pelanggaran hak petani," ungkap Dr Mae Wan Ho dalam siaran pers ISIS, 28 Juni lalu.
Kajian ilmiah ISIS (GM Food Nightmare Unfolding in the Regulatory Sham) juga menyampaikan tentang bagaimana pengambil kebijakan dan lembaga penasihat seperti European Food Safety Authority telah mengabaikan prinsip kehati-hatian (precautionary principle), menyalahgunakan ilmu, tidak mematuhi hukum, dan membantu mempromosikan teknologi rekayasa genetik dengan fakta yang berlawanan dengan keamanan pangan dan pakan rekayasa genetik.
Setelah 30 tahun Organisme Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau Genetically Modified Organism (GMO), lebih dari cukup kerusakan yang ditimbulkannya terdokumentasikan dalam laporan ISP. Di antaranya:
1. Tidak ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik menurun sampai 20 persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan kapas Bt di India gagal sampai 100 persen.
2. Tidak ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan pestisida tanaman rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di Amerika Serikat.
3. Tanaman rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil evaluasi pertanian Kerajaan Inggris.
4. Bt tahan pestisida dan roundup tahan herbisida yang merupakan dua tanaman rekayasa genetik terbesar praktis tidak bermanfaat.
5. Area hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di Amerika Latin, sekitar 15 hektar di Argentina sendiri, mungkin memperburuk kondisi karena adanya permintaan untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India, meliputi 100.000 petani antara 1993-2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah meninggal dalam waktu setahun.
6. Pangan dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan penyakit di lapangan dan di dalam tes laboratorium.
7. Herbisida roundup mematikan katak, meracuni plasenta manusia dan sel embrio. Roundup digunakan lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa genetik yang ditanam di seluruh dunia.
8. Kontaminasi transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan penyerbukan tanaman rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh 21 kilometer.


RESIKO KESEHATAN
Dr. Irina Ermakova menunjukkan bagaimana kedelai rekayasa genetik menyebabkan tikus betina melahirkan bayi kerdil dan tidak normal dengan lebih dari setengahnya meninggal dalam tiga minggu. Ratusan penduduk dan pemetik kapas di India mengalami alergi. Ribuan domba mati setelah merumput di lahan yang mengandung residu kapas Bt, begitu pun kambing dan sapi dilaporkan tahun ini. Protein buncis berbahaya pindah ke kacang polong, ketika diuji coba pada tikus menyebabkan radang paru-paru hebat dan secara umum menimbulkan sensitif makanan.
Sejumlah penduduk di selatan Philipina jatuh sakit ketika lahan jagung sekitarnya berbunga pada tahun 2003, lima meninggal dan sebagian masih sakit hingga sekarang. Sejumlah sapi mati setelah makan jagung rekayasa genetik di Hesse, Jerman dan beberapa lainnya dibunuh karena penyakit misterius. Arpad Pusztai dan rekannya menemukan tomat rekayasa genetik dengan snowdrop lectin merusak setiap sistem organ tikus muda. Jagung rekayasa genetik Mon 863 yang dinyatakan aman seperti jagung non-rekayasa genetik oleh perusahaan dan diterima oleh EFSA, tetapi ketika dianalisa oleh ilmuwan indipenden CriiGen, mereka menemukan tanda keracunan pada liver dan ginjal.
Fakta mendorong kita untuk mempertimbangkan bahwa risiko GMO mungkin melekat pada teknologinya, ilmuwan ISIS mengingatkan untuk sepuluh tahun ke depan.

RESIKO POTENSIAL
1. Gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan atau imunogenik untuk manusia dan hewan.
2. Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan bergabung, adanya kelainan bentuk generasi karena racun atau imunogenik, yang disebabkan tidak stabilnya DNA rekayasa genetik.
3. Virus di dalam sekumpulan genom yang menyebabkan penyakit mungkin diaktifkan oleh rekayasa genetik.
4. Penyebaran gen tahan antibiotik pada patogen oleh transfer gen horizontal, membuat tidak menghilangkan infeksi.
5. Meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama penyebab penyakit.
6. DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan sebagai promoter sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan oncogen (materi dasar sel-sel kanker).
7. Tanaman rekayasa genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida dan meningkatkan residu herbisida sehingga meracuni manusia dan binatang seperti pada tanaman.

PENGARUH BIOTEKNOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN
Apa itu bioteknologi? Bioteknologi adalah pemanfaatan biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa genetika secara terpadu untuk menghasilkan barang atau lain-lainnya untuk kepentingan manusia. Selain itu, bioteknologi juga dapat didefinisikan sebagai suatu pemanfaatan organisme untuk membuat produk sesuai dengan cirri yang diinginkan manusia sehingga cara ini lebih menguntungkan manusia. Arti dari bioteknologi yang luas ini dapat memasukkan seluruh usaha manusia dari penggunaan mikroorganisme hingga rekayasa genetik modern.
Bioteknologi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Saat ini, banyak bidang yang sudah menggunakan teknik bioteknologi ini, yaitu bidang pangan (pembuatan tempe, kecap, roti, yoghurt, keju, nata de coco, dsb), bidang kesehatan (pembuatan antibiotic, vaksin, dsb), bidang pertanian dan peternakan (pemanfaatan mikroorganisme, peningkatan vitamin pada makanan, dsb), bidang pertambangan, dan yang terakhir, yang juga akan kita bahas adalah peranan bioteknologi bagi lingkungan hidup sekitar kita.
Saat ini, banyak pencemaran lingkungan yang terjadi dan disebabkan oleh makhluk hidup, secara sengaja maupun tidak. Pencemaran air, tanah, dan udara sudah terjadi dimana-mana, dan hal ini sangat merugikan makhluk hidup. Mikroorganisme seperti bakteri ternyata dapat digunakan sebagai obat untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut. Proses perbaikan lingkungan dengan menggunakan makhluk hidup ini biasa disebut dengan bioremediasi. Contoh bakteri-bakteri yang dapat digunakan untuk proses bioremediasi ini adalah Pseudomonas, Flavobacterium, Arthrobacter, dan Azetobacterium. Bakteri-bakteri tersebut dapat menguraikan berbagai jenis limbah yang mengandung bahan aktif, fungisida, dan juga dapat menjadi pengawet kayu. Selain itu, bakteri tersebut juga dapat mengatasi limbah minyak, contohnya limbah bensin.
Dalam kegiatan industri dihasilkan berbagai limbah yang mengandung zat aktif dan beracun bagi makhluk hidup sekitar. Hal ini tentu sangat membahayakan. Penggunaan lumpur aktif untuk mengatasi limbah industri ini juga merupakan salah satu bioremediasi. Lumpur aktif yang dimaksud adalah lumpur yang mengandung mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut dapat menetralkan unsur-unsur beracun dan berbahaya dalam limbah industri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar