Senin, 12 Desember 2011

PERENCANAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Proses pembelajaran di jaman berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi seperti saat ini memungkinkan ketidakhadiran guru dalam kelas. Proses pembelajaran tidak lagi bergantung pada guru sebagai sumber belajar, dan dapat berlangsung kapan dan di mana saja. Proses pembelajaran tidak lagi berbentuk proses komunikasi verbal antara guru dan siswa. Saat ini siswa dapat belajar apa saja sesuai dengan minat dan gaya belajar. Dengan demikian, dituntut adanya suatu perancangan pembelajaran yang mampu memanfaatkan jenis media dan sumber belajar yang sesuai demi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Mengajar dapat dikatakan sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar, sementara belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman tersebut dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung adalah yang diperoleh melalui aktifitas sendiri pada situasi sebenarnya. Melalui pengalaman langsung ini tentu saja dihasilkan proses belajar yang bermanfaat, karena dengan mengalami secara langsung akan dihindari kemungkinan terjadinya kesalahan persepsi. Akan tetapi dikarenakan adanya keterbatasan, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan secara langsung. Oleh sebab itu pemanfaatan media dan sumber belajar sangat berperan penting dalam mengatasi keterbatasan tersebut.[1]

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana seorang guru dapat mempersiapkan diri dalam pembelajaran di kelas dengan media yang ada di sekitar lingkungan tempatnya mengajar.
2.      Menjadikan proses kegiatan  belajar mengajar lebih efektif dan efisien.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Perencanaan pembelajaran
Berikut definisi tentang perencanaan pembelajaran[2] :
  1. Branch (2002); Suatu sistem yang berisi prosedur untuk mengembangkan pendidikan dengan cara yang konsisten dan reliable.
  2. Ritchy; Ilmu yang merancang detail secara spesifik untuk pengembangan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pengetahuan diantara satuan besar dan kecil persoalan pokok.
  3. Smith & Ragan (1993, 1999); Proses sistematis dan berfikir dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran, sumber informasi dan evaluasi.
  4. Zook (2000); Proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar memahami (belajar)
Kesimpulan dari definisi di atas bahwa perencanaan pembelajaran adalah merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar atau pembelajaran untuk mengembangkan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pendidikan guna pencapaian tujuan pembelajaran.

B.     Mendesain pembelajaran (instructional designer) dengan melibatkan media
Bila Seorang guru akan membuat program media pembelajaran, diharapkan dapat melakukannya dengan persiapan dan perencanaan yang teliti. Dalam membuat perencanaan itu ada beberapa pertanyaan yang perlu jawab.
  • Bagaimana menggunakan media tersebut?
  • Mengapa kita menggunakan media itu?
  • Apakah media yang digunakan efektif dalam rangka mencapai tujuan pembalajaran?
  • Bagaimanakah karakteristik siswa yang mengikuti aktifitas pembelajaran
  • Betulkah media itu mereka perlukan?
  • Sebalik­nya bila mereka tidak menggunakan media yang digunakan itu apakah mereka akan mengalami kerugian tertentu se­cara intelektual?
  • Bagaimana kita akan menge­tahui bahwa pada diri siswa anda telah terjadi perubahan tingkah-Iaku itu?
  • Apa ukuran yang dapat anda gunakan ?
Bila pertanyaan-pertanyaan di atas disusun secara le­bih sistematik maka urutan dalam perencanaan penggunaan media itu dapat diutarakan sebagai berikut:
  • Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
  • Merumuskan tujuan
  • Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
  • Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
  • Menulis naskah media
  • Mengadakan tes dan revisi.

C.    Perencanaan Evaluasi [3]
Evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputisan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran. Pengertian tersebut memiliki tiga imlikasi rumusan. Berikut ini implikasi tersebut:
1.      Evaluasi adalah suatu proses yang terus menerus, sebelum, sewaktu dan sesudah proses belajar mengajar.
2.      Proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yakni untuk mendapatkan jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran.
3.      Evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.
Evaluasi berkenaan dengan proses yang berhubungan dengan pengumpulan informasi yang memungkinkan kita menentukan :
1.      Tingkat kemajuan pengajaran
2.      Ketercapaian tujuan pembelajaran.
3.      Bagaimana berbuat baik pada waktu-waktu mendatang.
Evaluasi meliputi pengukuran dan penilaian. Pengukuran berkaitan dengan ukuran kuantitatif, sedangkan penilaian terkait dengan kualitas.
Perencanaan evaluasi pembelajaran berarti persiapan atau pemikiran guru tentang pengukuran dan penilaian proses dan hasil kegiatan belajar mengajar.



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Desain Pembelajaran [4]

Agar dapat mengajar dengan baik seorang instruktur memerlukan sebuah strategi yang dapat mengantarkannya kepada kesuksesan membelajarkan. Kesuksesan ini tentunya tidak bisa didapat dengan sendirinya, melainkan dengan mempelajari keahlian sampingan atau disebut sebagai teaching performance.
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajarang yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.
Model desain pembelajaran yang ada dikelompokkan berdasarkan; tampilan visual (skema, diagram), penjabaran komponen di dalamnya, dan manfaat yang terkandung dalam model tersebut. Contoh dari perbedaan model desain pembelajaran ini misalnya adalah ketika Dick & Carey secara skema, menerapkan model yang prosedural, sedangkan Kemp, et.al. menerapkan model melingkar (circular).
Komponen dasar dari desain pembelajaran adalah :
o   Pebelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi; karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
o   Tujuan Pembelajaran adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pebelajar.
o   Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari.
o   Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro = dalam kurun satu tahun atau mikro = dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
o   Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pebelajar.
o   Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai atau belum.
Dalam disain pembelajaran dikenal beberapa disain antara lain :
a.    Model berbasis sistem, mengembangkan teori sistem atau pendekatan sistem dalam pelaksanaannya. Memiliki ciri:
  Jumlah komponen relatif banyak.
  Seringkali diawali dengan analisis kebutuhan
  Memisahkan penilaian proses belajar dan penilaian terhadap program belajar
  Merupakan prosedur pengembangan, karena adanya alur feedback dan komponen revisi
Contoh: Model Rothwel & Kazanas (1994)
b.    Model materi ajar atau pengetahuan (content based), menitikberatkan bagaimana suatu topik yang menjadi bagian dari suatu materi atau mata ajaran disampaikan kepada pebelajar. Memiliki ciri:
•   Komponen yang ada tidak banyak dan cenderung tidak lengkap
•   Strategi penyampaian cenderung memberikan masukan bagaimana cara menjelaskan atau menyajikan materi di kelas.
•   Kebanyakan mengacu kepada materi bersifat kognitif
•   Lingkupnya sempit
•   Tidak mencerminkan upaya pebelajar untuk menguasai kompetensi yang harus dicapai
Contoh: Merril yang disunting Reigluth (1983) Desain pembelajaran CDT (Component Display Theory)
c.    Model Produk, ditandai dengan pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk memproduksi suatu bahan ajar. Memiliki Ciri:
•   Memiliki beberapa tahapan, yakni; tahap perancanaan (rumusan tujuan dan analisis kebutuhan), tahap pengembangan (pengembangan topik, penyusunan draft, produksi prototipe), tahap penilaian (ujicoba prototipe produk dan perbaikannya)
•   Terkonsentrasi atas produksi bahan ajar tertentu
•   Model dan cara kerja relatif sederhana
• Tidak ada kejelasan secara langsung tentang pelaksanaan KBM
d.   Model Kegiatan belajar mengajar (Classroom oriented), memandu seorang instruktur bagaimana mengelola atau menciptakan interaksi belajar mengajar yang tepat. Memiliki ciri:
·      Relatif lebih banyak komponennya
·      Tidak jarang aspek perbaikan juga dicantumkan di dalamnya
·      Sangat memperhatikan pebelajar
·      Mengisyaratkan ada aspek pengelolaan kelas
·      Menyiratkan peran guru dalam menyampaikan materi
·      Dapat diterapkan oleh instruktur sendiri tanpa tim khusus.
·      Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu

B.     Media Pembelajaran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yaitu :
1.      Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Yang dimaksud de­ngan kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Bila yang kita inginkan, misalnya, siswa da­pat menguasai 1000 kosa kata bahasa Inggris, sedangkan saat ini mereka hanya menguasai 200 kata, maka ada ke­senjangan 800 kata. Dalam hat ini terdapat kebutuhan untuk mengajar 800 kata bahasa Inggris kepada siswa itu.
Siswa kelas enam SD pada akhir tahun ajar­an dituntut untuk memiliki sejumlah kemampuan, dan sikap yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Pada awal tahun ajaran tentu terdapat kesenjangan yang sangat besar antara apa yang dituntut oleh kurikulum itu dengan apa yang telah dimiliki siswa. Kesenjangan itulah yang merupa­kan kebutuhan siswa kelas enam itu yang merupakan acuan bagi guru dalam menyusun bahan ajaran yang perlu diberi­kan kepada siswa.
Di atas telah dibicarakan bahwa jika kita menggunakan media, media itu perlu disesuaikan dengan kebu­tuhan siswa. Karena setiap kelompok siswa pada hakikat­nya mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, maka kita perlu menentukan secara khas siapa sesungguhnya siswa yang akan kita layani dengan media itu.
Sebagai guru yang memanfaatkan media kita harus dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan awal siswa. Yang dimaksud dengan pengetahuan/keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia mengikuti kegiatan pembelajaran.
Bagan perbandingan media yang terlalu mudah dan terlalu sulit
MEDIA TERLALU MUDAH
MEDIA TERLALU SULIT
Siswa memiliki sebagian besar pengetahuan/keterampilan
Pengetahuan/keterampilan tidak dapat diserap oleh siswa
Membosankan bagi siswa
Timbul frustasi bagi siswa
Sedikit manfaatnya karena tidak menambah kemampuan/ keterampilan
Siswa belum memiliki bekal keterampilan intelektual untuk menerima pengetahuan/keterampilan baru
Perubahan sikap/prilaku biasa-biasa saja.
Tidak terjadi perubahan prilaku sesuai dengan yang diharapkan

2.      Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat memberi arah kepada tindak­an yang kita lakukan. Tujuan ini juga dapat dijadikan acuan dalam kita mengukur apakah tindakan kita betul atau sa­lah, ataukah tindakan kita berhasil atau gagal.
Dalam proses belajar mengajar tujuan pembelajaran juga merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan ini dapat memberi arah ke mana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi ke sana, dan bagaimana tahu bahwa ia telah sampai ke tempat tujuan.
Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia meng­ikuti proses pembelajaran tertentu.
Contoh: Diberikan gambar berbagai jenis binatang, siswa dapat membedakan binatang bertulang belakang dari binatang yang tidak bertulang belakang.
Dengan tujuan seperti itu baik guru maupun siswa da­pat mengetahui dengan pasti perilaku apa yang harus dapat dilakukan siswa setelah proses pembelajaran selesai, yaitu dapat membedakan gambar binatang bertulang belakang dari yang tidak bertulang belakang. Dengan tujuan yang jelas seperti itu guru dapat menentukan materi pelajaran yang sesuai untuk dipelajari siswa supaya tujuan tercapai dan dapat menentukan alat peng­ukur yang tepat untuk menilai apakah siswa telah berhasil mencapai tujuan atau belum.
Sebuah tujuan pembelajaran yang lengkap mempunyai empat unsur, yaitu:
A =   Audience, dalam sebuah tujuan pembelajaran harus jelas siapa sasaran didik kita.
B =    Behavior, sebuah tujuan harus menyatakan de­ngan jelas perilaku apa yang diharap­kan dapat dilakukan siswa pada akhir kegiatan pembelajaran,
C =    Condition, tujuan harus secara jelas menyebutkan dafam kondisi yang bagaimana siswa diharapkan dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
D =   Degree, tujuan harus secara jelas menyebutkan tingkat keberhasilan yang diharapkan dapat dicapai siswa.
3.      Pengembangan Materi Pembelajaran
Untuk dapat mengembangkan bahan pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan itu, tujuan yang telah dirumuskan tadi harus dianalisis lebih lanjut.  Kepada se­tiap tujuan itu pertanyaan yang sama harus kita ajukan: kemampuan apa yang harus dimiliki siswa sebelum siswa memiliki kemampuan yang dituntut oleh tujuan khusus ini? Dengan cara ini kita akan mendapatkan sub kemampu­an dan sub keterampilan, serta sub-sub kemampuan dan sub-sub keterampilan. Bila semua sub kemampuan dan ke­terampilan serta sub-sub kemampuan dan keterampilan telah kita identifikasi kita akan memperoleh bahan pembelajaran terperinci yang mendukung tercapainya tujuan itu. Daftar kemampuan itulah yang merupakan bahan pembelajaran yang harus disajikan kepada atau dipelajari oleh peserta latihan. Rangkaian di atas akan dapat membantu untuk menentukan media yang cocok.
4.      Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan siswa ini perlu dirancang dengan seksama dan seyogyanya dikembangkan sebelum media digunakan atau sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Alat ini dapat berupa tes, penugas­an, ataupun daftar cek perilaku.
Jadi yang diukur atau dievaluasi ialah kemampuan, keterampil­an atau sikap siswa yang dinyatakan dalam tujuan yang di­harapkan dapat dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran itu.
Sebaiknya setiap kemampuan dan keterampilan yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran khusus dijadi­kan bahan tes, atau daftar cek perilaku (performance check list).
5.      Pemilihan Media dan Sumber Belajar
Pada tahap ini, kita sudah memiliki analisis pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan topik mata pelajaran beserta elaborasinya. Dengan bekal yang sudah dimiliki tersebut selanjutnya kita dapat memilih media dan sumber belajar. Media dari sumber belajar yang dipilih merupakan alat dan cara untuk memfasilitasi, mempermudah proses belajar siswa, serta membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan menarik bagi siswa.
Kita diharapkan tidak memilih media hanya karena media tersebut tersedia bagi kita, selaku guru, atau karena kita suka dengan media tersebut. Di samping itu, diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh ketersediaan beragam media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini, seperti komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh siswa kita dalam proses belajar. Jadi, pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata pelajaran, yang memudahkan siswa belajar, serta yang menarik dan disukai siswa. Kata kuncinya adalah: ”media yang dapat membelajarkan siswa”. Media itulah yang perlu kita pertimbangkan untuk dipilih.
Menurut Bates (1995), beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain pertimbangan biaya, pertimbangan pedagogis, interaktivitas dan kemudahan penggunaan, pertimbangan organisasi, kebaruan (novelty), dan kecepatan.
Pertimbangan biaya berlaku bagi sekolah maupun siswa, yaitu seberapa mahal/murah media yang dipilih untuk digunakan oleh sekolah dan siswa sebagai paket bahan ajar (biaya produksi atau pengadaan oleh sekolah, biaya akses dan daya beli untuk siswa).
Pertimbangan pedagogis merupakan pertimbangan yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik materi keilmuan yang akan disampaikan dan dipelajari siswa.
Pertimbangan interaktivitas dan kemudahan penggunaan pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana media yang dipilih dapat memfasilitasi interaksi yang diperlukan dalam pembelajaran, dan sejauh mana media tersebut mempermudah siswa dalam belajar?
Pertimbangan mengenai organisasi merupakan pertimbangan manajerial meliputi pengelolaan media dalam proses pembelajaran, dan pasca proses pembelajaran (penyimpanan, dll.).
Pertimbangan novelty berkenaan dengan tingkat kebaruan suatu media sehingga seringkali menimbulkan antusiasme berlebihan dan atau kesukaran beradaptasi serta siklus hidup suatu media. Pertimbangan tentang kecepatan suatu media berkenaan dengan kemampuan suatu media menyampaikan informasi secara cepat dan tepat (timeliness) kepada siswa.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan saling berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan media yang terbaik bagi suatu paket bahan ajar, sehingga dapat membantu proses belajar siswa secara optimal. Oleh karena itu, ragam media yang digunakan dalam suatu paket bahan ajar harus dipilih berdasarkan pertimbangan yang bijaksana yang mungkin hanya menggunakan media cetak, tetapi juga berbasiskan multimedia, atau bahkan berbasiskan komputer/jaringan. Terlampir…..
6.      Pemilihan Strategi Pembelajaran
Untuk dapat memilih strategi pembelajaran, diharapkan telah memiliki analisis pembelajaran dan tujuan pembelajaran, serta telah mengidentifikasi topik mata pelajaran (materi), media, dan sumber belajar yang akan digunakan dalam proses belajar. Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika  menyusun urutan pembelajaran dan merancang aktivitas belajar siswa. Kita merancang urutan penyajian informasi atau uraian topik, latihan dan tugas yang perlu dilakukan siswa, contoh yang perlu diberikan untuk memperjelas topik, serta evaluasi formatif maupun sumatif yang diperlukan siswa untuk mengukur keberhasilan belajarnya.

Kegiatan Strategi Pembelajaran
No.
Hakikat Materi
Ragam Aktivitas
Penyajian Informasi
Aktivitas
1.
Informasi (data, fakta)
Naratif, deskriptif
Diskusi kelompok (LKS), tanya jawab (in text question), membaca tabel, diagram, peta, gambar, dll.
2.
Konseptual (teori, dalil, prinsip, dll)
Deduktif / induktif
Diskusi kelompok (LKS), contoh-contoh tertulis, contoh gambar, contoh video, simulasi.
3.
Prosedural
Deskriptif, eksplanatory
Latihan, peragaan, contoh video, simulasi, praktek (LKS)
4.
Keterampilan
Deskriptif, eksplanatory (modelling)
Peragaan, latihan, contoh video, simulasi, praktek (LKS)
5.
Nilai/sikap
Deskriptif, argumentatif
Peragaan, contoh video, simulasi, praktek (LKS)
(Diadaptasi dari Wardani, 2000, Kaitan Hakikat Materi dan Kegiatan Penyajian)
Ragam aktivitas lain, terutama yang disebut dengan “in text activities”, meliputi:
Ø  ­Refleksi oleh siswa tentang konsep atau topik yang baru saja dibaca dan dipelajari, atau yang pernah dialamj dalam kehidupannya;
Ø  ­Analisis terhadap suatu kasus, dalam bentuk tercetak atau audiovisual, untuk menerapkan konsep atau topik yang baru dipelajari;
Ø  ­Meminta siswa untuk bertanya/diskusi dengan siswa yang lain tentang suatu konsep atau topik;
Ø  ­Meminta siswa untuk melakukan kegiatan tertentu berdasarkan lembar kerja atau prosedur yang telah dijelaskan;
Ø  ­Meminta siswa untuk menulis Catatan harian atas konsep atau topik-topik yang dipelajarinya;
Ø  ­Meminta siswa untuk menulis catatan observasi dari suatu pengamatan yang harus dilakukan dalam beberapa waktu yang di tentukan;
Ø  ­Meminta siswa memberi komentar terhadap suatu gambaran dalam bahan ajar. Misalnya: akibat dari banjir.
Selain itu, ada juga aktivitas yang relatif tidak terlalu berat mempelajari bahan ajar, atau membaca teks bahan ajar, yaitu:
Ø  ­memberi tanda check pada kotak tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan dalam teks; memilih jawaban terhadap pertanyaan pilihan ganda; menggarisbawahi atau memberi warna pada frasa atau kalimat tertentu yang dianggap pentmg dalam teks;
Ø  ­menjawab pertanyaan singkat terbuka;
Ø  ­menuliskan kata-kata inti dari setiap paragraf pada kotak yang disediakan; atau
Ø  ­membuat gambar/grafik/diagram yang diminta berdasarkan konsep atau topik yang dipelajari.

C.    Perencanaan Evaluasi[5]

Sebelum kita berbicara mengenai perencanaan evaluasi, kita perdalam lebih dahulu istilah rencana dan perencanaan. Kita pahami bahwa rencana adalah a detailed proposal for doing or achieving something, artinya suatu rancangan rinci untuk melakukan sesuatu atau mencapai sesuatu. Dalam hal ini, perencanaan berarti proses merencanakan sesuatu. Harus kita sadari bahwa perencanaan merupakan suatu cara untuk memproyeksi maksud dan tujuan. Seperti yang telah kita tahu, perencanaan berkaitan dengan konsep masa depan, masalah-masalah yang memerlukan imajinasi dan pilihan (choice), pemikiran yang ditujukan ke masa depan, dan proses mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, perencanaan mencerminkan upaya yang penuh pertimbangan. Perencanaan diakui sebagai cara yang paling andal (reliable) untuk mewujudkan tujuan dan sasaran. Perencanaan merupakan suatu cara untuk menentukan serangkaian tindakan untuk mengarahkan tindakan tersebut agar sesuai dengan visi. Ackoff menyatakan bahwa walaupun perencanaan itu merupakan suatu proses pembuatan-keputusan, perencanaan adalah jenis pembuatan keputusan khusus: (a) perencanaan merupakan sesuatu yang kita lakukan sebelum bertindak, artinya adalah pembuatan keputusan yang sifatnya antisipatif; (b) perencanaan diperlukan bila keadaan masa depan yang kita inginkan tersebut melibatkan sejumlah putusan yang saling berkaitan, artinya suatu sistem keputusan; dan (c) perencanaan merupakan suatu proses yang diarahkan untuk menghasilkan keadaan di masa depan yang diinginkan, dan tidak diharapkan muncul kecuali ada suatu tindakan yang dilakukan.
Jelaslah bahwa dengan perencanaan yang matang, tindakan yang kita lakukan biasanya akan mulus dan lancar, kecuali ada hal-hal lain yang tidak kita perhitungkan sebelumnya atau yang memang tidak bisa kita antisipasi (dalam batas-batas kemampuan kita sebagai manusia).
Sebagai contoh, Anda mungkin pernah mendengar bahwa dengan perencanaan yang matang, berarti 50% dari pekerjaan kita sudah selesai, sisanya tinggal implementasi dan evaluasi, seperti tampak pada
Gambar 1. berikut ini, yang  mana dengan perencanaan yang matang, berarti 50% dari pekerjaan kita sudah selesai.
Gambar 1: Pembicaraan evaluator mengenai perencanaan evaluasi

Setelah kita mengenal konsep dan pengertian perencanaan, kita ulang sekilas mengenai konsep evaluasi itu sendiri. Dalam hal ini, evaluasi pendidikan biasanya dibagi menjadi dua kategori umum: evaluasi sumatif (setelah) dan evaluasi formatif (selama). Bila kita melakukan kontemplasi evaluasi dalam jangka panjang, biasanya kita berkenaan dengan evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang muncul pada beberapa titik-akhir suatu proyek, program, atau matapelajaran yang dapat diidentifikasi. Sebagai contoh, ujian komprehensif akhir dan nilai akhir siswa, kinerja tahunan dan penilaian kinerja guru, dan penilaian program dalam bentuk evaluasi sumatif dalam pendidikan.
Evaluasi sumatif biasanya dilakukan dengan maksud membuat penilaian mengenai keseluruhan aktivitas dan program. Pengumpulan dan analisis biasanya ditujukan pada pengukuran hasil dan tingkat pencapaian dengan mengacu pada tujuan dan standar tertentu yang telah dipahami. Hasil penilaian melalui proses ini dijadikan dasar formal untuk membuat keputusan. Contoh dari putusan ini antara lain yang berkenaan dengan apakah suatu program itu akan dilanjutkan atau dihentikan, aktivitas sekolah, penilaian guru, penempatan siswa, dan kenaikan kelas atau naik pangkat. Putusan ini juga bisa menjadi dasar untuk penilaian komparatif, mengganti kurikulum lama dengan kurikulum baru berdasarkan perbandingan yang dilakukan dari berbagai segi.
Evaluasi formatif, sebaliknya, mengacu pada evaluasi yang muncul selama proses atau produk itu dirancang. Evaluasi formatif biasanya digunakan untuk memperbaiki pengembangan, dan dapat dikatakan sebagai evaluasi berkelanjutan yang mengiringi upaya pengembangan atau proses perubahan yang lebih besar. Evaluasi formatif sangat banyak digunakan, misalnya, saat melakukan implementasi program atau sistem pengajaran baru. Melalui pengukuran formatif, guru dan administrator dapat memonitor kemajuan dari upaya implementasi. Pengukuran ini bermanfaat bagi para praktisi untuk mendeteksi dan memecahkan masalah sebelum masalah itu bertambah buruk tanpa kendali. Evaluasi formatif juga banyak digunakan dalam kaitannya dengan program pengembangan staf dan perubahan organisasi. Yang lebih penting, evaluasi formatif sangat berkaitan dengan perkembangan siswa. Selain evaluasi sumatif dan formatif, Tuckman (1985) menyarankan jenis evaluasi lainnya: ex post facto evaluation (after the fact – setelah fakta). Metode ini melihat proses kejadian-kejadian dan data secara longitudinal untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pendidikan. Evaluasi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan informasi dan memeriksa penilaian yang dibutuhkan untuk perencanaan pendidikan, untuk mencatat hasil, kecenderungan (trend), dan arah masalah.  
Perencanaan akan senantiasa diperlukan jika seorang guru memutuskan untuk melakukan prosedur evaluasi seperti evaluasi sejumlah siswa, tugas-tugas selama satu semester, keberhasilan mengajar, dan sebagainya. Setidaknya perencanaan ini hendaknya melibatkan sejumlah hasil pembelajaran yang diinginkan dan teknik-teknik yang digunakan dalam mengevaluasinya. Dapat dikatakan bahwa perencanaan evaluasi merupakan conditio sine qua non dari proses evaluasi secara keseluruhan. Baik evaluasi formatif maupun sumatif dapat dilakukan untuk tujuan motivasional dan tujuan korektif. Kombinasi dari kedua tujuan ini disajikan pada Tabel di bawah ini.



Metode
Fungsi dan Tujuan
Motivasional
Korektif
Fungsi Formatif
a. Meningkatkan kinerja individu
b. Meningkatkan efisiensi
c. Menentukan tujuan di masa depan
a. Memodifikasi kinerja yang buruk
b. Menentukan masalah-masalah operasi dalam suatu program baru
Fungsi Sumatif
a. Menghargai kinerja yang unggul
b. Menentukan tingkat pencapaian tujuan
c. Menjamin status (kepegawaian, kesiswaan)
a. Menghilangkan kelemahan dalam suatu program
b. Menentukan kelemahan dalam suatu program
c. Menentukan kebutuhan dan prioritas lembaga


Dalam hal ini, evaluasi merupakan dimensi penting dari pendidikan. Evaluasi program pendidikan dapat dikatakan sebagai proses monitoring dan penyesuaian yang dikehendaki oleh para evaluator dalam menentukan atau meningkatkan kualitas pendidikan. Evaluasi menunjukkan seberapa baik program pendidikan berjalan dan menyediakan cara untuk memperbaikinya. Mengacu pada konsep manajemen, proses evaluasi pendidikan dapat dibagi menjadi tiga bagian utama: Perencanaan (Planning), Implementasi (Implementing), dan Evaluasi (Evaluating). Jadi dalam proses ini kita mulai dengan merencanakan evaluasi, mengimplementasikan evaluasi, dan mengevaluasi evaluasi. Kita perlu merencanakan dan melaksanakan evaluasi secara sistematis dengan cara (a) mengidentifikasi kebutuhan, (b) memilih strategi yang tepat dari berbagai alternatif, (c) memonitor perubahan yang muncul, dan (d) mengukur dampak dari perubahan tersebut. Mengevaluasi evaluasi berarti bahwa evaluasi itu hendaknya memang harus dievaluasi (meta-evaluation). Jelas bahwa proses perencanaan evaluasi merupakan bagian yang paling penting dalam proses evaluasi secara keseluruhan. Kita harus memiliki perencanaan evaluasi yang baik sebelum hal tersebut diimplementasikan. Dengan perencanaan yang baik, diharapkan bahwa implementasi evaluasi akan berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan suatu evaluasi, yaitu (1) menentukan tujuan evaluasi, merumuskan masalah, (2) menentukan jenis data, (3) menentukan sampel evaluasi, (4) menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan evaluasi, (5) menentukan alat evaluasi, (6) merencanakan personal evaluasi, (7) merencanakan anggaran, dan (8) merencanakan jadwal kegiatan.  
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa maksud dari perencanaan evaluasi adalah menguraikan strategi mengenai cara mendapatkan dan menganalisis data yang akan membantu meningkatkan efektivitas dari suatu evaluasi program pendidikan. Termasuk ke dalam perencanaan evaluasi ini adalah: (1) penjelasan mengenai perlunya evaluasi dan tanggung jawab melakukan evaluasi; (2) penentuan batasan evaluasi dan analisis konteks evaluasi; (3) identifikasi pertanyaan, kriteria, dan masalah evaluatif; (4) perencanaan pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi; dan (5) mengembangkan team manajemen perencanaan evaluasi, termasuk penentuan waktu, anggaran dan biaya, personel, serta menentukan penilaian, monitoring, dan perbaikan perencanaan evaluasi sampai mendapatkan suatu kesepakatan mengenai prosedur evaluasi yang akan dilakukan.






BAB IV
KESIMPULAN

1.      Agar dapat mengajar dengan baik seorang instruktur memerlukan sebuah strategi yang dapat mengantarkannya kepada kesuksesan membelajarkan. Kesuksesan ini tentunya tidak bisa didapat dengan sendirinya, melainkan dengan mempelajari keahlian sampingan atau disebut sebagai teaching performance.
2.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yaitu : menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa, merumuskan tujuan, merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan, mengembangkan alat pengukur keberhasilan, menulis naskah media, mengadakan tes dan revisi.
3.      Perencanaan diakui sebagai cara yang paling andal (reliable) untuk mewujudkan tujuan dan sasaran. Perencanaan merupakan suatu cara untuk menentukan serangkaian tindakan untuk mengarahkan tindakan tersebut agar sesuai dengan visi.
4.      perencanaan evaluasi adalah menguraikan strategi mengenai cara mendapatkan dan menganalisis data yang akan membantu meningkatkan efektivitas dari suatu evaluasi program pendidikan.
5.      Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan suatu evaluasi, yaitu (1) menentukan tujuan evaluasi, merumuskan masalah, (2) menentukan jenis data, (3) menentukan sampel evaluasi, (4) menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan evaluasi, (5) menentukan alat evaluasi, (6) merencanakan personal evaluasi, (7) merencanakan anggaran, dan (8) merencanakan jadwal kegiatan



DAFTAR PUSTAKA







PERENCANAAN PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN MEDIA






DOSEN :
DR. SAMSUDIN


DISUSUN OLEH :

KELOMPOK  VI 




NANA MULYANA

MUDIANTORO
MULYANA SOLEH
ABUD BUDIMAN





PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA
TAHUN 2011
DAFTAR ISI



BAB I             PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ................................................................................... 1
B.       Tujuan................................................................................................. 1

BAB II           KAJIAN TEORI
A.      Perencanaan Pembelajaran ................................................................. 2
B.       Mendesain Pembelajaran dengan melibatkan media ......................... 2
C.       Perencanaan Evaluasi ......................................................................... 3

BAB III          PEMBAHASAN
A.      Desain Pembelajaran .......................................................................... 4
B.       Media Pembelajaran ........................................................................... 6
C.       Perencanaan Evaluasi ....................................................................... 12

BAB IV          KESIMPULAN ............................................................................... ..... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18




Tidak ada komentar:

Posting Komentar